MUJAHADAH MENURUTI NURANI DAN MENGKHIANATI NAFSU

Kendalikan dirimu, nafsumu, watakmu dengan puasa dan sholat da'im(konsisten) dan kesabaran yang da'im pula. Bila hamba benar dalam menata dirinya dan hawa nafsu dan wataknya, maka hanya ada dia dan tuhannya tanpa sedikit pun ada kontaminasi, hingga yang ada hanya qalbu, sirr dan Tuhannya yang menghampar begitu luas, tanpa kesempitan, penuh rasa sehat tanpa rasa sakit. Karena itu pakailah akal sehatmu, raihlah ilmu, amalkan, dan ikhlaslah dalam
beramal.
Belajarlah dari makhluk, lalu belajarlah dari Sang Khaliq, sebagaimana Nabi saw, bersabda:

"Siapa yang mengamalkan ilmunya, Allah mewariskan ilmu belum pernah ia ketahui sebelumnya."

Kita harus belajar dari makhluk dulu, baru kepada Al-Khaliq, yaitu kita meraih Ilmu Ladunni, suatu ilmu yang dikhususkan dalam rahasia qalbu, yang kelak menjadi rahasia batin.
Bagaimana bisa belajar sesuatu tanpa guru?
Siapa yang belajar tanpa bimbingan guru maka guru nya adalah setan dan nafsu nya.
Bergurulah kepada orang yang bisa menolong untuk memerangi hawa nafsu, bukan pada orang yang menolong nafsu untuk mencelakakanmu.

Para guru ruhani itu tidak bersahabat dengan dunia, namun bersahabat dengan akhirat. Bila seorang syeikh senang dengan naluri wataknya dan hawa nafsunya berarti ia sahabat dunia. Bila ia senang dengan qalbunya maka ia sahabat akhirat. Namun bila ia senang dan empunya rahasia batinnya (sirr) maka ia adalah sahabat Tuhan.

Apabila seorang hamba mulai dekat dengan Allah, akan banyak kegelisahan dan rasa takutnya.
Orang mukmin tidak akan pernah sampai kepadaNya kecuali dengan keikhlasan. Inilah kaum sufi senantiasa gelisah sepanjang ia belum bertemu dengan Allah. Siapa yang mengenal Allah,rasa takutnya akan sangat kuat, dan itulah yang disabdakan Nabi saw:  

"Akulah yang paling mengenal Allah diantara kalian, dan yang paling amat takut kepadaNya."

Allah senantiasa memberi ujian pada para Aulia' Nya agar mereka terus-menerus membersihkan dirinya, bahwa mereka selamanya berada dalam langkah rasa takut jika berubah, berpindah. Mereka terus merasa takut walaupun kondisinya sangat aman. mereka bergentar walau pun mereka telah diberi ketentraman. Mereka terus mendebat nafsunya, walau nafsu itu lebih kecil dari sebiji beras,Ketika mereka merasa tenang mereka justru terbang. Ketika mereka merasa cukup justru mereka gugah kefakirannya. Ketika mereka merasa aman, justru mereka bangkitkan rasa takut. Ketika mereka diberi anugerah justru mereka merasa terhadang. Ketika mereka gurau tertawa justru mereka menangis. Ketika mereka bergembira, malah mereka bangkitkan susahnya. Mereka sangat kawatir akan rekayasa tipudaya yang berbalik dan akibat yang buruk, karena mereka tahu bahwa Tuhan mereka berfirman: "Allah tidak ditanya apa yang dilakukanNya, namun merekalah yang ditanya…" (Al-Ambiya': 23)

Sementara kita justru pamer maksiat dan kontra kepada Allah,malah merasa nyaman. Dalam waktu dekat, rasa aman itu akan berubah menjadi ketakutan, rasa luang lapang akan berubah menjadi sempit, rasa mulia akan menjadi hina, rasa luhur akan menjadi rendah, rasa kaya akan menjadi miskin.

Ingatlah bahwa rasa aman dari siksa Allah di hari kiamat, diukur dengan rasa takut kepada Allah di dunia, dan rasa takut kita kepada Allah di akhirat tergantung rasa aman kita di dunia, namun justru kita tenggelam di dunia dan tercebur di sumur kealpaan.


Orang yang taat kepada Tuhannya adalah para Ulama'. Dan yang bermaksiat kepada Tuhannya adalah mereka yang gila dan bodoh. Tukang maksiat berarti bodoh terhadap Tuhannya, lalu ia ingkar padaNya dan patuh pada syetannya, berserasi dengan para syetan. Bila saja mereka tidak bodoh, pasti mereka tidak maksiat padaNya. Dan kalau toh mereka mengenal nafsunya, dan ia tahu bahwa nafsunya memerintahkan berbuat buruk, pasti ia tidak berserasi dengan nafsu itu.


Qiyamat dimata awam adalah hisab, namun bagi kalangan Khusus Ilahiyah adalah kerelaan. Bagaimana tidak demikian? Mereka telah meraih kiamat dalam diri mereka, ketika di dunia mereka menangis sebelum disiksa, maka tangisan telah membuat mereka meraih manfaat besar ketika siksaan hadir.
Sufyan ats-Tsaury  pernah dimimpikan sepeninggalnya. Lalu ia ditanya, "Apa yang telah diberklakukan oleh Allah Ta'ala padamu?' Ia menjawab, "Allah telah menempatkan diriku di sisiNya, dan Allah Azza wa-Jalla berfirman padaku, 'Hai Sufyan ketahuilah bahwa Aku Maha Pengampun lagi Maha sayang. Engkau telah menangis dengan tangisanmu karena rasa takutmu padaKu, karena malu padaKu."

Karena itulah kita harus hijrah dari watak nafsu dan syetan, dan jangan sekali-kali berkenan pada mereka.
Jadikan para pendukung kejahatan itu sebagai musuh, dan jangan bergaul dengan mereka.
Taubat itu adalah qalbunya kekuasaan bagi orang yang taubat, dan tidak akan berubah manakala orang belum bertaubat. Maka dustalah jika merasa berubah tapi belum taubat. Allah swt, berfirman:

"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah apa yang ada dalam kaum, hingga mereka merubah apa yang ada pada diri mereka."

Maksud dari ayat ini sering sekali di salah artikan,yaitu suatu kaum/seseorang yang ingin Allah mengubah mereka/dia,mereka/dia harus berusaha mengubahnya sendiri,padahal maksud ayat tersebut adalah kalau kita ingin Allah mengubah hal atau nasib kita,kita harus mengubah diri kita dulu,dari maksiat menjadi taat,dari jauh dari Allah menjadi dekat,bukan berusaha mengubah nasib atau keadaan.

Dahulukan akhirat atas dunia,dahulukan yang benar atas yang batil, Yang Baqa' atas yang fana'. Tinggalkan semua, dan ambillah. Tapi jangan ambil dengan tangan watak hawa nafsu, ambillah dengan tangan batin dan rahasia batin. Tinggalkan meraih apa yang dari makhluk, raihlah yang dari Sang Khaliq. Taatlah pada Rasul, terimalah apa yang datang darinya berupa perintah dan larangan. Allah swt berfirman:

"Apa yang datang dari Rasul, maka ambillah darinya dan apa yang dilarang Rasul, maka hindarilah." (Al-Hijr:7).


Bila melepaskan dukungan nafsu, maka nafsu akan dikendalikan oleh kendali wara'. Maka tinggalkanlah, "Kata ini kata itu…".Mengingat mati bisa menjernihkan qalbu. Bila tirai telah terbuka bagi hati, maka kita akan melihat makhluk semuanya fana', mati, lemah, tak ada yang mengancam dan tidak ada yang memberi manfaat pada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Komentar dengan tidak mengurangi rasa hormat dan tetap menjaga etika