Pendapat Ulama Aswaja Tentang Maulidun Nabi

Setiap saat seakan tak pernah bebas Islam dari serangan musuh,baik dari luar maupun dari dalam Islam sendiri atau berkedok Islam,hampir setiap bulan ada-ada saja dan tak henti-henti nya.
dari  dalam  selalu  di serang dengan tuduhan orang yang tak bertanggung jawab,orang tak bisa menghargai perbedaan,orang yang mau nya benar sendiri,selalu saja memperbesar masalah khilafiyyah,dengan bermacam alasan yang pada hakikat nya hanya tumpahan nafsu mereka belaka,hingga maulid nabi pun di serang dengan brutal,dengan tuduhan yang sangat berlebihan,mudah-mudahan Allah memberi petunjuk pada kita dan mereka semua.

berikut ini  sepintas  pendapat  ulama  Aswaja tentang  Maulidun  Nabi
karena
Allah swt berfirman:

 

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir/35: 28).


Dan Rasulullah saw bersabda;

“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang sangat banyak.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan Ahmad).
Sehubungan dengan ayat dan hadist di atas ini, Allah sendiri telah menyuruh kepada kita agar bertanya kepada ulama (ahli zikir) yang berilmu, bertakwa, dan mengamalkan ilmunya jika terjadi masalah atau tidak mempunyai pengetahuan tentang sesuatu. Firman Allah:
 
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nahl: 43 dan Al Anbiya: 7).


Untuk itu, agar permasalahan seputar maulid nabi ini lebih jelas, maka perhatikanlah pendapat para ulama yang telah banyak jasanya dalam mengembangkan agama Islam di bawah ini.


1.”Andaikata aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, maka akan aku dermakan semuanya untuk menyelenggarakan pembacaan maulid Rasul.” (I’anathuth Thalibin 3/255).
Ini adalah perkataan Imam Hasan Al Bashri. Beliau adalah tokoh ulama generasi Tabi’in yang agung. Beliau lahir di Madinah 2 tahun sebelum wafatnya khalifah Umar bin khattab ra dan meninggal pada bulan Rajab tahun 116 H dalam usia 89 tahun.
Beliau adalah seseorang yang telah bertemu dengan lebih dari 100 sahabat Nabi Muhammad saw. Ucapan Imam Hasan Al Bashri ini membuktikan kalau pada masa tabi’in telah biasa diadakan perayaan maulid nabi Muhammad saw.



2. “Barangsiapa mempersiapkan makanan, mengumpulkan teman- teman, menyalakan lampu, mengenakan pakaian baru, memakai farfum dan menghias dirinya untuk membaca dan mengagungkan maulid Rasul,
maka kelak di hari kiamat Allah akan mengumpulkannya bersama para Nabi, orang-orang yang berada dalam barisan pertama dan dia akan ditempatkan di Illiyin yang tertinggi.” (I’anathuth Thalibin 3/255).
Ini adalah ucapan Syekh Ma’ruf Al Karkhi. Beliau adalah seorang sufi terkemuka yang wafat pada tahun 200 H. Beliau selalu berprasangka baik kepada sesama muslim.
Kalimatnya juga membuktikan kalau para salaf telah melakukan perayaan maulid Nabi pada abad kedua Hijriyah, walau bentuk dan caranya mungkin berbeda dengan yang terjadi sekarang ini.



3. “Barangsiapa mendatangi sebuah tempat dimana di sana dibacakan Maulid Nabi, maka dia telah mendatangi sebuah taman Surga.
Sebab tujuannya mendatangi tempat itu tiada lain adalah untuk mengungkapkan rasa cintanya kepada Rasulullah saw, sedangkan Rasul saw telah bersabda: “Barangsiapa mencintaiku, maka dia bersamaku di Surga”.” (I’anathuth Thalibin 3/255).
Ini adalah pernyataan Syekh Sirri As Saqathi. Beliau adalah murid Syekh Ma’ruf Al Karkhi dan menjadi guru serta paman dari Syekh Junaid Al Baghdadi. Beliau terkenal gigih dalam beribadah kepada Allah swt. Beliau wafat pada tahun 253 H.
Pernyataan ini beliau sampaikan setelah mendalami Al Qur’an dan hadist Nabi Muhammad saw serta mengamalkannya dengan penuh kesabaran.



4. “Barangsiapa menghadiri maulid Rasul dan mengagungkan kedudukannya, maka dia telah sukses dengan keimanan.” (I’anathuth Thalibin 3/364). Ucapan ini disampaikan oleh Imam Junaid Al Baghdadi, yang dikenal sebagai pemimpin para sufi yang wafat pada 297 H.
Beliau adalah seseorang yang sangat tekun belajar dan beribadah, sehingga dalam usia 20 tahun telah mendapat kepercayaan untuk menjadi mufti.



5. “Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi saw akan diberi pahala. Demikian pula yang dilakukan oleh sebagian orang, adakalanya bertujuan meniru di kalangan Nasrani yang memperingati hari kelahiran Isa as, dan adakalanya juga dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta an penghormatan kepada Nabi saw.
Allah swt akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaannya kepada Nabi mereka. Bukan dosa atas bid’ah yang mereka lakukan.” (Manhajus Salaf Fi Fahmin Nushush Bainan Nadhariyyah Wat Tathbiq: 399).
Ini adalah perkataan Imam Ibnu Taimiyah. Beliau adalah ulama besar yang hidupnya dihabiskan untuk ilmu, ibadah dan perjuangan. Beliau lahir pada 10 Rabiul Awwal 661 H dan wafat pada 22 Dzul Qa’idah 728 H.
Beliau adalah seorang ulama yang guru, murid dan karyanya sangat banyak. Di antara kitab karangannya adalah Al Fatawa yang terdiri dari 38 jilid.



6. “Barangsiapa mengumpulkan teman-temannya, mempersiapkan hidangan, menyediakan tempat, melakukan kebaikan untuk maulid Nabi, dan semua itu menjadi sarana pembacaan maulid Rasul,
maka di hari kiamat kelak Allah akan membangkitkannya bersama-sama orang shidiq, para syuhada dan kaum shalihin. Dan kelak ia akan berada di surga-surga yang penuh kenikmatan.
Ini adalah pendapat pakar sejarah dan ulama terkemuka dalam dunia Islam, Syekh Abdullah bin As’ad Al Yafi’i, pengarang kitab Raudhur Rayyahin. Beliau wafat pada 768 H.



7. “Tidaklah sebuah rumah muslim dibacakan Maulid Nabi sadanya, melainkan Allah singkirkan kelaparan, wabah penyakit, kebakaran, berbagai jenis bencana, kebencian, kedengkham, pandangan buruk, serta pencurian dari penghuni rumah itu.
Dan jika ia meninggal dunia, maka Allah akan memberinya kemudahan untuk menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir. Dan dia kelak akan berada di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.” (I’anathuth Thalibin 3/255).

Inilai pernyataan ulama besar yang lahir pada bulan Rajab 849 H dan wafat pada tahun 911 H, Al Hafizh Abu Bakar bin Abdur Rahman As Suyuthi. Beliau terkenal sebagai seorang mujjadid (pembaharu Islam) pada abad ke 9 H.

Keluasan ilmunya telah terbukti dan karya-karyanya sangat banyak sehingga mencapai 400 buku. Selain hafal Al Qur’an, beliau juga hafal di luar kepala kitab-kitab besar. Di antaranya adalah kitab Al Minhaj karya Imam Nawawi dan juga kitab Al Umdah.

Demikianlah di antara perkataan para tokoh ulama yang menganjurkan dan membenarkan perayaan dan pembacaan maulid Nabi Muhammad saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Komentar dengan tidak mengurangi rasa hormat dan tetap menjaga etika